THE FAMILY

 


T H E  F A M I L Y

.

.

.

2 - A Hand for a Hand

........

"MAMA!"

Teriakan pilu terdengar hingga ke seluruh penjuru mansion. 

Gelap, dingin, kesunyian yang mencekik.

"MAMA!" Teriakannya semakin lantang. Tak ada sahutan. Derit pintu terdengar diiringi langkah kaki yang samar.

Tubuhnya menggigil, giginya gemeretak. Darah segar mengucur dari hidung kecilnya. 
Bau asap tercium usai bunyi ledakan memekakkan telinga terdengar.

Ia tak tahu, apakah bau anyir ini dari suatu tempat. Atau dari hidungnya sendiri. 

langkah kaki terdengar semakin jelas, perlahan tapi penuh hentakan. 
Tangannya membekap mulutnya sendiri, ia berusaha tak membuat suara sekecil apapun.
Bahkan nafasnya sendiri.
Memejamkan mata, ia berdoa. Pada Tuhan apapun yang mampu meraih doanya.

Ia tak ingin mati.

Tidak, tidak sekarang. Ia benar-benar tak ingin mati.

"Hic..." Nafasnya tercekat, sepasang sepatu penuh lumpur berada tepat di wajahnya. Hanya beberapa sentimeter saja jarak antara mereka.

Ia tak tahu, apakah bau anyir darah ini berasal dari hidungnya sendiri

atau dari darah yang di injak sepatu itu.

Ia menghela napas saat pemilik sepatu itu berbalik, berjalan menjauh.

Hanya untuk menemukan wajah seseorang menatapnya.

Too Late, My Time has come

"Found ya"





.......


"Hah?" Maria mengerjap. Ia tak salah dengar kan?

"Aku bilang aku bukan perempuan, Maria..." Chloe mengulangi ucapannya yang ternyata tak salah didengar Maria.

"Bagaimana bisa..." Maria kembali memandangi Chloe dari ujung kepala hingga ujung kakinya. Sial, apakah dia ini perempuan yang secara tak sengaja terlahir dengan penis? ia bahkan membuatku yang perempuan asli merasa insecure...

"Apa?!" Chloe mengrenyitkan dahinya. Refleks Maria membuang muka, "Tidak ada,"

"Siapa disana?" suara lain mengejutkan keduanya. Suara seseorang dari dalam ruangan.

"Chloe, Miss," Jawabnya singkat. Tak ada sahutan cukup lama, Maria bertanya-tanya, apakah ada sesuatu yang terjadi?

"Masuklah," suara jawaban terdengar setelah keheningan tiga menit yang terasa cukup panjang.

Pintu Mahogani itu di dorong, menampakkan bagaimana isi ruangan di balik pintu itu. Sebuah ruangan besar dengan langit-langit tinggi yang bermandikan cahaya matahari.

"Miss sedang ada telepon, tunggu sebentar di dalam," seorang perempuan berpakaian maid selutut tersenyum, wajahnya sangat cantik. Khas wajah wanita berkulit putih era Victorian.

Chloe masuk seakan ini adalah ruangannya sendiri. Tanpa menunggu Maria, ia mendudukkan dirinya di sofa dan menyandarkan tubuhnya diantara bantal-bantal bulu.

Ruangan itu luas dengan langi-langit tinggi yang memberi akses sirkulasi terbaik. 

Ruangan itu didominasi warna light gray dan beige dengan sentuhan emas. 
Sebuah Chandelier menggantung di tengah langit-langit. Dindingnya beraksen partisi kayu dengan kaca keemasan. 


Perhatian Maria tertuju pada sebuah lukisan besar di sisi lain jendela, lukisan indah yang membuatnya tak mampu memalingkan fokusnya.

"Apa kau menyukai lukisannya?" Maria terperanjat. Seorang gadis tiba-tiba saja berdiri di sebelahnya. 
tubuhnya tak begitu tinggi, mungkin sekitar 161 cm? 
Tubuhnya terbalut dress simple dengan open-shoulder berwarna biru muda dari Alexander Wang. 
Rambut hitamnya panjang hingga menyentuh punggung tampak sangat lembut dan jatuh dengan dramatis. di beberapa bagian ada shade berwarna merah menambah sentuhan tersendiri.

wajahnya cantik dengan polesan make up berwarna peach dan pink. Memberi kesan menyegarkan.
senyum tak henti-hentinya merekah dari sudut bibir berlipstik merah simple itu. 
Aroma khas dari Tiger orchid dan paduan Toffee Caramel menguar dari tubuhnya. Membawa efek seduktif, sexy dan mistikal.

"Ah maaf, apa kau terkejut?" Maria menggeleng cepat, ia hanya kagum tak perlu sampai menerima permintaan maaf seperti itu.

"Lukisan itu aku dapat dari salah satu teman..." Pandangan perempuan itu beralih ke arah Lukisan yang tampak sangat menonjol dibanding benda-benda lain di ruangan ini. 
Sebuah lukisan pria dan wanita yang saling berpelukan dan berciuman. 

"Lukisan ini berjudul Pygmalion & Galatea. Pygmalion adalah nama pria itu, ia seorang pemahat yang jatuh hati dengan hasil pahatannya sendiri. Kemudian meminta pada Aphrodite untuk memberinya istri seperti patung yang ia pahat. Saat ia kembali dan mencium patung yang ia pahat sendiri dan patung itu hidup. Aphrodhite memberi patung itu kehidupan dan Jean-Leon Jerome-lah, pelukis Perancis melukiskan ciuman pertama mereka di tahun 1891..." Maria kagum bagaimana perempuan ini menjelaskan setiap detailnya dengan pandangan yang ia sulit tebak apa yang tengah ia bayangkan kala menceritakan kisah itu.


"Apakah kau Nona Rin?" perempuan itu tertegun sejenak sebelum tersenyum. "Benar,"

Rin memintanya duduk. Meski sofa di ruangan itu terasa nyaman dan lembut, entah kenapa itu tak cukup membuatnya merasa tenang. 
Rin duduk di sebuah sofa tunggal di kepala meja dan Chloe duduk dengan tenang tak jauh darinya.

Ia menjelaskan apa yang dikatakan Hyun padanya ke Rin. Perempuan itu mengangguk-angguk sekenanya.

"Intinya dia memintamu bekerja disini bukan?" Maria mengangguk.

Rin menjelaskan soal Bar ini. 
Pada dasarnya Bar ini tergolong jenis bar off-limited atau hanya orang-orang tertentu atau member saja yang bisa masuk. 

 "Paling tidak kau harus membawa cash sekitar enam ratus ribu US$ untuk bisa menikmati suasana disini," Maria tertegun. 
"... Bar ini menyediakan layanan Host dan Hostess dengan aturan yang cukup ketat yakni tidak diperbolehkan ada sentuhan yang mengarah pada pelecehan seksual atau bahkan tindak prostitusi..." 

Maria kagum. Apa yang Bar ini sediakan adalah tempat untuk melepas penat dengan suasanya Elegant dan minuman. Juga teman bicara dari para Host tampan maupun Hostess cantik.

"Dan? Aku akan bertugas menjadi apa?" Rin tak segera menjawab. Ia mengambil waktu untuk menyesap Latte miliknya dan mengarahkan pandangannya ke langit di luar jendela.

"Manager on Duty.  Posisimu akan membawahi beberapa Host dan Hostess. kau akan bertanggung jawab atas mereka dan apapun yang terjadi kepada mereka untuk dilaporkan padaku, apa kau paham?" lagi-lagi Maria hanya mengangguk.

"Bagus, itu soal side-jobmu. Main job-"

"Tunggu, apa?" Rin mengarahkan pandangannya padanya, ia tak tersenyum. Tampak kekesalan di matanya karena ia interupsi.

"Side-job. pekerjaan sampingan. Main jobmu disini adalah untuk mengorek informasi..." Rin menyodorkan sebuah kotak hitam padanya. 

sebuah penyadap suara seukuran uang logam, penyadap suara berbentuk pena, bahkan mini camera.

Maria merinding. Ia tahu ia baru saja masuk ke dalam lubang kelinci begitu ia menerima tawaran -lebih tepatnya ancaman- dari Hyun. Tapi ia tak menduga kalau lubang kelinci ini akan sangat dalam dan gelap dari apa yang ia pikirkan.

"Kau bisa menolaknya jika kau merasa tak yakin tapi..." Rin menyandarkan tubuhnya pada punggung sofa. Tak ada kelembutan di sorot matanya.

"Aku tak bisa menjamin kau bisa selamat setelah keluar dari pintu ini..."


......

Bar biasa dibuka pukul 8 malam. Tidak seperti bar lain, suasana disini cukup formal. Diiringi live music dari salah satu sisi bar, pengunjung mulai berdatangan satu persatu memenuhi setiap tempat.

Para Host akan menjamu perempuan-perempuan high class yang menenteng sebuah Birkin Bag keluaran terbaru. Disisi lain para Hostess akan tersenyum pada pria-pria dengan jam Vascheron Constantine melingkar di pergelangan tangan.

Aroma Cuban cigar Montestrico menguar dan beradu dengan aroma Martini. Terdengar kekeh kecil para Hostess diselingi lagu Jazz dari live-band. 

Maria berdiri memandangi semuanya dari salah satu sudut di lantai atas. Ia bisa melihat keseluruhan bar tanpa perlu repot turun atau takut diketahui pengunjung dari bawah sana.

sebuah in-ear terpasang di telinga kirinya. Mata yang terbiasa memandangi garis-garis halus arsitektur suatu bangunan kini dilatih untuk mengawasi gerak-gerik tertentu.

In napoli where;s the loves is a king

Where boys meets a girls

here what they say

Suasana berubah seiring lagu yang dimainkan berbeda. Alunan petikan gitar dan alat musik lain membawa kesan seakan mereka tengah berada di masa Tujuh puluhan. 
Semua tampak senang dibawah sana, melepas penat dan sejenak melupakan kesibukan dunia yang menyesakkan.

When the moon hits your eye like a big pizza pie, that's amore

When the world seems to shine like you've had too much wine, that's amore

Maria mendekatkan dirinya pada kaca-satu-arahnya. Memandangi bagaimana Chloe -salah satu Host terbaik di bar Heaven's hill ini- merias dirinya dengan Long sleeved sheer trasparent shirt berwarna hitam dipadu white top dan Asymetrics wrap mini skirt dari Prada. 
Surai pendeknya tertata rapi dengan sedikit kepangan di atas telinga kanannya. Wajah manisnya dipoles make up Spring vibes dengan sentuhan glitter di tulang pipi. 
Choker hitam yang biasa ia kenakan tak nampak dimanapun. Berganti dengan Diamond Choker dengan aksen raindrop dramatis menghiasi lehernya.

"Wow, tuhan sungguh tak adil..." gumamnya. 


When you walk in a dream but you know you're not dreamin, Signore

'Scusa me, but you see, back in old Napoli, that's Amore


Chloe tampak menunggu sesuatu. Tak lama berselang beberapa penjaga masuk mengiringi rombongan.

Lima pria dengan suits mahal dan tiga wanita. 

Chloe menyapa mereka dengan kehangatan dan profesionalitas yang luar biasa. Ia bisa melihat bagaimana respon para customer itu padanya. 

Fokus seluruh mata di ruangan itu mendadak tertuju pada satu titik. Anak tangga yang menghubungkan dengan balcony dalam.

Seorang perempuan cantik turun dengan anggunnya. 

Tubuh indahnya terbalut Dress Hitam Sequin Embroidered cold Shoulder. Salah satu mahakarya Prada. 
Rambut hitam dengan shade merahnya sedikit bergelombang jatuh dengan dramatis. 
penjepit rambut bertabur berlian menghiasi rambutnya. Perhiasan keluaran terbaru dari brand Bvlgari tak luput menghiasi jemarinya.

Dialah Rin. Madamme dari Heaven-Hills ini. 

Maria berusaha memfokuskan diri pada tugasnya alih-alih memandangi Boss-nya itu. 

Semua berjalan baik-baik saja, itu yang ia pikir dan harapkan.
Maria sudah tau mana target yang harus ia awasi. Tak ada pergerakan mencurigakan sejauh ini. 

Ia menghela napas, meneguk segelas teh dingin untuk merilekskan ototnya yang tegang.
Ia menyandarkan diri pada kaca, memandangi keriuhan di bawah.
Hingga pandangannya jatuh pada pria yang harus ia awasi.
Pria itu tengah mengobrol dengan Nona Rin dan yang lainnya.
Ia menyipitkan matany, menyadari sesuatu yang janggal.

Maria tersentak. Dengan panik ia meraih in-ear yang terhubung dengan Chloe.

"Ada apa?"

"Sir Lucci tidak ada disana," 

"Apa? Apa maksudmu? jelas-jelas Sir Lucci ada di-"

"Itu bukan Sir Lucci!" potong Maria. ".. di salah satu dokumen dijelaskan Sir Lucci memiliki masalah dengan kakinya dimana ia tak bisa beraktifitas jika kakinya tak diperban. Aku tak melihat perban di kaki siapapun yang tengah menyamar menjadi Sir Lucci! Kakinya normal!" Maria panik. Ia berusaha tak sesak napas disaat-saat seperti ini.

Dimana dia melakukan kesalahan?

Dimana dia lengah?

Fuck

Fuck

Fuck!

Rin tengah berbincang dengan para petinggi di hadapannya. 
Tak ada yang sadar kalau ia menyelipkan penyadap di paha yang tertutup rapi oleh dressnya. 
sebuah micro-camera terpasang di mata berlian hiasan dressnya. Tersembunyi sedemikian rupa.

"Madam, ada pesan untuk anda..." salah satu butler menyodorkannya ponsel pribadinya. 
Rin meminta diri dari mereka dan berjalan ke luar balkon.

Ia tersenyum melihat nama kontak pemberi pesan itu. 

Sebuah pean suara. 

Ia menekan tombol play. 

Darahnya berdesir cepat.

Pesan itu singkat. hanya satu kata.

"Lari"

...........................




Komentar

  1. Welcome to the casino - JTM Hub
    The 충주 출장마사지 casino has many games that you can play, from slots 동해 출장안마 and bingo 속초 출장안마 games to live dealer tables and more. The gaming floor offers hundreds of slots 밀양 출장안마 and 상주 출장샵

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

THE FAMILY

THE FAMILY