THE FAMILY

 


T H E  F A M I L Y 
.
.
.

5 - Commencement

...

"What?" Langkah kaki Jaehan terhenti, Marcus berbalik dan menatapnya tanpa ekspresi.

"Apa maksudnya itu?" Marcus menghela napas, ia tampak enggan menjawab pertanyaan itu.

"Aku mengatakan apa yang kukatakan, dan aku rasa aku tak punya kewajiban untuk menjelaskannya padamu secara detail," ia berjalan kembali, "Sekarang ikuti aku, aku masih ada tugas untuk memberimu tour atau sesuatu sejenis itu," Jaehan tak banyak bicara sembari kembali mengekor di belakang Marcus.

Tunggu sebentar, Jaehan baru sadar ia tak ingat berapa lama waktu berlalu setelah ia tiba disini. 
Alisnya bertaut, dia ingat datang ke studio Tattoo pukul sembilan pagi, berarti kemugkinan ia tiba disini pukul sepuluh atau sebelas. Lalu ada interogasi...

Marcus melirik ke belakang bahunya, mendapati mata Jaehan terfokus ke jendela yang terbuat dari kaca Opaque. Meskipun kacanya terlalu buram untuk bisa melihat ke luar, Jaehan bisa tahu dari kegelapan di luar kalau sekarang sudah Malam. Dia tak tahu pasti pukul berapa mengingat jam tangannya ada di dalam jaket dan tak peduli sudut manapun matanya melirik ia tak menemukan Jam dinding di Mansion besar ini.

"Karena kamar tidur ada di atas, semua kantor ada di Lantai bawah. Kau mungkin sudah bertemu Yuza dan Rin, juga Chanyeol dan dua lainnya jadi aku akan mengenalkanmu pada yang lain," 

Jaehan tak berkomentar, matanya nampak terfokus pada Marcus saja. 

"Aku tebak kau sangat bagus dalam Close Combat?" duga Jaehan saat ia menyadari ada bekas luka samar dan kemerahan di buku-buku tangan Marcus. 

"Of course, tapi itu bukan spesiality-ku..." 

Jaehan terdiam, semakin ia memandangi Marcus semakin ia sadar kalau Marcus satu-satunya Right-Hand dengan tubuh penuh luka. Bahkan ada luka melintang di dari pipi kiri ke bawah rahangnya.

Mengabaikan keheningan Jaehan, Marcus melanjutkan penjelasanya, "Rin bertugas untuk urusan di permukaan atas, menjalankan bisnis untuk terus menutupi identitas kita. Rin tidak menghadiri pertemuan yang berhubungan dengan organisasi atau apapun untuk menutupi identitas aslinya, dengan begitu ia bisa muncul sebagai Bussiesswoman..."

"Pintar juga,"

"Mata dan Telinga kita, Nate. Tidak seperti yang lain, kamar Nate adalah kantornya juga. Dia secara praktis beraktifitas di ruangan itu, dia master dalam hacking sistem pemerintah dan CCTV, meski dia tak pernah turun ke misi, dia salah satu aset penting kita,"

"Kita akan ke atas dan bertemu dia, dia harus memasang pelacak di tubuhmu," 

"what the fuck?"

"Kita semua punya satu, itu untuk keamanan bukan stalking. Dia hanya menggunakannya untuk mentrackingmu saat menjalankan misi dan kalau terjadi sesuatu kita bisa tahu lokasimu," 

"Oke, kurasa itu masuk akal," 

Keduanya berjalan menaiki anak tangga, suasana sekitar sangat hening sampai Jaehan bisa mendengar suara deru nafasnya sendiri.

Di atas, keduanya berhenti di sebuah lorong panjang yang lagi-lagi berisi pintu-pintu kayu.

"If you had a question, you could ask now," Jaehan terkesiap, nampaknya Marcus menyadari kalau sedari tadi ia menatapnya penuh keingintahuan.

"Chanyeol itu Right-hand Yuza benar?"

"Yes"

"Then, did they fuck each other?"

"What?" langkah Marcus benar-benar terhenti, ia menatap pemuda itu dengan tatapan did-i-hear-you-right?

"You know what i say," Jaehan tampak teguh dengan pertanyaannya. Marcus menghela napas.

"Look, aku tidak tahu kenapa kau membutuhkan informasi seperti ini. Tapi hubungan antara Chanyeol dan Yuza hanya sebatas atasan dan bawahan, kalaupun lebih dari itu, Chanyeol adalah partner setia Yuza dalam permainan UNO saja,"

"Bahkan boss mafia masih main UNO..." Jaehan membayangkan dua anggota kelas atas bertampang seram itu saling mencoret wajah tiap kali salah satu dari mereka berhasil berteriak UNO! lebih dulu..

"Dan juga, Chanyeol tidak tertarik dengan perempuan. Yuza lebih suka bermain dengan Pet-nya sendiri..." 

"Pet? hewan peliharaan?"

"Manusia"

Marcus tak menghiraukan tatapan terkejut Jaehan, ia kembali melanjutkan langkahnya.

"Hyun itu Right-hand Rin kan?" Marcus menggeleng, "Right-hand Rin bekerja untuk permukaan juga, jadi dia sedang tidak ada disini, tapi kau akan bertemu dia nanti,"

"Then, how about you?"

"What do you mean?"

"Did you fuck with Anne too?" Jaehan merasakan tatapan menusuk darinya, keheningan menyelimuti mereka cukup lama.

"Am i right?"

"Did i sleep with her or not is not your bussiness..."

"Dia atasanmu, terlebih usia kalian berbeda hampir 11 tahun!" Marcus menyipitkan matanya, "Know your limit, whatever happend between us is none of your matters.."

"No wait-"

"Sir Marcus!" keduanya menoleh, Maria muncul dari arah tangga dan berlari ke arah mereka.

"Yes?"

"Sir Chanyeol memintaku untuk menemuimu," 

"Baik, ikuti aku..." Maria merasakan ketegangan aneh. Seakan ia datang disaat yang tidak tepat.

Ketiganya berjalan ke ujung lorong. Satu-satunya pintu yang berwarna putih dengan gantungn bes bertuliskan "Hati-hati". 

"Ini ruangannya," ujar Marcus sembari memasukkan kedua tangannya ke saku celana. "Masuk saja, dia tahu apa yang harus dilakukan," Marcus mendorong Maria dan Jaehan sebelum meninggalkan mereka berdua.

Keduanya saling pandang, bingung apakah mereka harus mengetuk pintu dulu atau langsung masuk.

Jaehan meletakkan tangannya di gagang pintu, memutar dan perlahan mendorong pintunya. 

Maria mengintip ke dalam, ruangan itu tak begitu gelap, cahaya dari puluhan monitor menerangi ruangan. Tempat ini sudah pasti adalah ruangan dari kepala teknisi. 

Papan sirkuit, kabel, stop-kontak memenuhi ruangan tu bersama benda-benda lainnya. 

Anehnya, ruangan itu tertata rapi. Bahkan masih ada area luas yang cukup untuk dipakai berguling-guling.

"Permisi..." Maria berbisik, keduanya memandangi pemuda yang duduk diatas kursi gaming. Pemuda itu bersandar dengan frustasi, lampu dari layar monitornya terpantul di iris matanya. Pandangannya penuh konsentrasi pada tulisan dan simbol putih di background hitam seakan URLS dan potongan kode menyumbat pikirannya.

Mata sang hacker menyisir layar monitor satu persatu, bergerak dari satu sisi ke sisi yang lain. Tidak ada yang bisa didengar selain suara jemari yang meghantam keyboard dengan kasar.

Sebelum Jaehan bersuara untuk kesekian kalinya, suara tawa histeris pecah seperti terompet perang. Dengan penuh percaya diri, sang hacker berhasil membobol puluhan akun rekening milik para petinggi korupt yang naive dan metransfer sejumlah besar uang ke akun miliknya sendiri.

"Good job" Jaehan dan Maria terperanjat. Ada suara lain tiba-tiba terdengar di ruangan itu.

Seorang bocah lelaki terduduk di salah satu sudut tanpa mereka sadari selama ini.

Maria bahkan tak bisa mendengar suara nafas atau detak jantung lain selain dirinya dan Jaehan selama ini. Bocah itu duduk diam disana tanpa menimbulkan suara sedikitpun.

Seperti seorang pembunuh handal.

"Nate! we did it- oh hey, kalian siapa?" dengan wajah polos -atau bodoh-nya pemuda tadi baru menyadari kalau Jaehan dan Maria ada disana bersamanya.

"Jadi kau yang bernama Nate?" pandangan Maria beralih ke bocah berkulit pucat di belakang mereka. Bocah itu mengangguk sekenanya.

"Benar. Aku Nate dan ini partnerku Nero, kami professional Hacker.." Nate menunjuk pemuda yang lebih tinggi darinya tadi. 

"Oooh aku tahu, kalian pasti Unholy Mary dan Jung Kid!" Nero menunjuk mereka senang.

"Maaf namaku Maria bukan Mary..." Maria mengoreksi ucapan Nero. Disisi lain, Nero justru menunjukkan senyum aneh.

"Aku tahu. Tapi tidak seperti sang perawan Maria, kau adalah pendosa, benar kan?" Maria mengrenyit. 

"Satu-satunya dosa yang kubuat adalah dengan membiarkan teman brengsek menggunakanku sebagai penjamin," Nero menyeringai.

"Ah- Jung Kids!" Nero mengalihkan fokusnya pada Jaehan. Caranya memanggil Jaehan cukup membuat pemuda itu kesal. "Bisakah orang-orang ini berhenti memangilku dengan nama belakangku?" ujarnya, "aku sudah tidak ada urusan dengan mereka sejak bertahun-tahun yang lalu.."

"Kau pasti salah satu pemuda cerdas, berhasil kabur dari Sidikat keluarga Jung, it's impressive..." seringai lebar menghiasi wajah Nero. "... kau tahu- aku sudah berkali-kali berusaha untuk menerobos masuk ke sistem keluarga jung, dengan harapan kalau kita bisa membuat site itu down, sisa anggota lainnya akan jatuh ke kehancuran"

"Terdengar seperti pemikiran penuh ambisi..."

Nero mengendikkan bahunya, "well, setidaknya manusia butuh suatu tujuan untuk terus hidup benar kan? Nate?" 

Bocah berkulit pucat tadi menarik sebuah kursi.

"Kita tak punya waktu, aku yakin kalian kemari atas permintaan Marcus. Duduklah, Nero yang akan melakukannya..." 

Nate berputar dan berdiri di salah satu meja. Tangannya tampak mencari-cari sesuatu di dalam Laci. Sementara Nero berdiri di depan Jaehan yang akan menjadi orang pertama.

"Ini mungkin akan sedikit sakit..." Nate mengulurkan dua buah pisau bedah yang masih terbungkus di dalam kapas alkohol dan sebuah kotak kecil berisi satu chip komputer metallic.

"Tidakkah menurutmu kau harus membantuku? ya know, dua tangan lebih baik daripada satu?" Nate memandangi Nero dan kemudian beralih ke Maria sebelum ia berdecih. 

"Duduklah..." 

Baik Nate dan Nero berdiri di belakang keduanya, sensasi dingin terasa saat keduanya menyentuh leher mereka dengan tangan terbalut sarung latex.

Nate membuat garis kecil di tengkuk Maria, membuatnya cukup lebar dan dalam. Ia menyelipkan chip kecil tadi ke dalam kulit tengkuk Maria. Memastikan chip itu ada di tempatnya.

"Done," Nate membuang sarung tangannya sesaat setelah usai. Ia berjalan ke meja komputernya.

"Oke, kalian sudah muncul.." setelah beberapa detik Nate mengetik sesuatu di keyboard. Sebuah gambar muncul di layar. Itu adalah gambar blue-print dari mansion ini. Mereka terpesona dengan dua belas titik berwarna warni di map. beberapa tampak bergerak dan sisanya tetap.

"Kau berwarna kuning, Maria ungu, aku Hijau dan Nate putih. Oh dan juga, meskipun mereka bilang kau harus keluar bersama satu anggota kami, hell, bahkan tanpa mereka kau tak akan bisa kabur dari kemampuanku.."

"Jadi aku tak harus berada disini?" 

"Tidak. Tapi kau harus datang setiap hari supaya anggota lain tidak berpikir kau merencanakan sesuatu. Meski kurasa akan lebih baik kau tinggal disini bersama yang lain..." kali ini Nate yang menyahut.

"Apakah ada anggota yang tidak tinggal disini?"

"Tentu saja, Consigliere Anne dan Nate, juga Marcus tidak tinggal disini..." 

"Maria juga tidak tinggal disini, well, bukan sesuatu yang spesial..." Nate menyodorkan sesuatu pada Jaehan. Jaketnya.

"Thanks," keduanya berbalik dan Jaehan keluar lebih dulu.

"Ngomong-ngomong Maria, apa kau tahu kenapa Tuhan mengeluarkan Eve dari surga?" Langkah Maria terhenti, seringai Nero membuat bulu kuduknya merinding.

"Karena dia megambil sesuatu yang terlarang.." 

"Tidak, tidak hanya itu..." Maria mengrenyitkan dahinya.

"Maria apa kau pernah berpikir kenapa kau bisa berakhir disini?" Nero menyeringai lebar.

"Karena temanku mengambil sesuatu yang terlarang dari organisasi ini dan aku membiarkannya memakai namaku sebagai penjamin.." Mata Nero nyalang, seringai lebar tampak semakin menyeramkan.

"Maria, apa kau yakin hanya itu dosamu?"

.......




Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

THE FAMILY

THE FAMILY