THE FAMILY

 


T H E  F A M I L Y 
.
.
.

4 - Who are you?


Ketenangan serasa lenyap dari hidupnya sejak ia memutuskan untuk menerima tawaran - atau tepatnya ancaman- Hyun. 

Maria bangun setiap pagi dengan adrenalin mengaliri setiap inchi tubuhnya. 
Menanti project apa yang akan diajukan kliennya hari ini.

Ia pikir ia bisa hidup seperti itu untuk waktu yang lama.

Nyatanya..

Ia terbangun pagi ini bak tahanan.

Penjara mungkin lebih baik daripada ini. Setidaknya di penjara mereka memikirkan urusan masing-masing. 

Nyawamu akan tetap terjamin selama kau berperilaku baik. 

Dirinya? bahkan meski ia menjilati sepatu siapapun bos organisasi ini, tak menjamin ia bisa tetap hidup besok pagi. Melihat mentari bersinar dan burung-burung dengan semangat berkicau di pukul 6 pagi.

Dakk..dak.. dakk..

Pintu apartemennya digedor, suara Chloe terdengar meneriaki namanya dari luar.

"Cepat keluar sebelum aku menyuruh Andreas mendobrak pintumu! Kita ada tugas hari ini!"

Maria menghela napas.

.....

Mereka berhenti di sebuah rumah yang ia yakini bukan markas asli organisasi ini. Mungkin rumah salah satu anggota seperti tempat mereka berkumpul malam sebelumnya.

Ivy liar merambati dinding batu, menghiasi jalanan setapak dari batu alam memanjang hingga ke pekarangan Mansion yang berdiri dengan gagahnya dibalik pagar besi, dihiasi sebuah pohon besar yang gundul tanpa daun dan berganti tertutupi setumpuk salju. 

Di depannya terbangun sebuah air mancur, suara airnya menjadi melodi tersendiri yng menggema di keheningan sekitar.

Beberapa pria berjaga setiap sepuluh meter. Penjagaan yang terlalu berlebihan? atau tidak ia tak tahu. Ia tak tahu menahu soal organisasi mafia atau apapun itu.

"Apa yang terjadi?" Maria menoleh ke arah Chloe. Tapi dari ekspresinya, ia yakin Chloe pun tak tahu apa yang terjadi.

Keduanya berjalan masuk, melihat seorang pria duduk di lantai, tepat di depan perempuan yang dipanggil Yuza dan pria yang tak lain kakak Chloe di sampingnya.

Pria itu duduk dengan tangan terborgol di kaki meja, diatas karpet yang terbentang sepanjang lantai marble dingin di bawah kaki mereka.

Pria itu menggeram, merasakan pedih dari borgol yang perlahan menggigit kulitnya yang kemerahan.

"Percaya padaku," ia mengeluh untuk kesekian kalinya, "Aku tidak berniat mengejar kalian!" ia menghela napas sebelum menyandarkan dirinya ke kaki sofa

Yuza duduk dengan santai, kedua sikunya bersandar diatas lutut, jemari tangannya saling bertaut. Chanyeol berjongkok di depan pria itu, matanya tajam. "Kami tidak percaya, mana mungkin putra dari Keluarga sindikat Jung yang terkenal tiba-tiba berkeliaran di teritori kami..." 

"God..." pria itu mengerang frustasi. "Aku sudah meninggalkan keluarga itu, alright? can't you just- believe it?" 

Sepersekian detik berikutnya, kaki Yuza melayang ke wajah pria itu. Tubuhnya jatuh tersungkur dengan wajah menghantam lantai marble yang dingin.

Darah segar mengucur dari hidungnya. 

"Don't play with me, you piece of shit..." suara Yuza dalam dan dingin. Ia bisa saja menghentakkan heels boots berat yang ia kenakan ke kepala pria itu. Tapi urung ia lakukan.

Ia butuh pria ini untuk diinterogasi tentu saja.

"Especially someone from main family..." 

Dengan tangan yang masih bebas bergerak ia menekan hidungnya. Menahan agar darah tak mengucur lebih banyak lagi.

Pria itu sadar kalau orang-orang yang ia hadapi sekarang bukan segerombolan pemuda biasa. Mereka terdidik dengan sangat baik.

Keluarga sindikat Jung punya tattoo penanda tertentu yang hanya dimiliki oleh anggota keluarga utama.

Tattoo ular dan bunga lily. 

Dia berdecih, pria itu kembali memandangi Yuza dan Chanyeol.

"Dengar, aku mungkin terlihat mencurigakan tapi kalian harus percaya denganku. Aku pergi ke toko Tattoo kalian benar-benar bertujuan untuk menutupi tattoo ini! aku sudah tak ada hubungannya dengan keluarga itu..."

Menarik nafas panjang, Chanyeol berdiri dari tempatnya semula dan mendekat ke pria itu. Tangan tersilang di depan dada sembari memandang rendah pria yang duduk dengan tak nyaman di lantai. 
"Bagaimana kami bisa tahu kalau itu yang benar-benar kau ingin lakukan?" dia menyisir rambutnya ke belakang.

Maria merasa tak nyaman melihat semuanya. Ia belajar bela diri selama ini dan kekerasan bukan
hal yang mengejutkan untuknya. Tapi ini...

"Kita semua tahu kau berusaha membuat kami lengah," dia menjelaskan. "Jung Jaehan, Son of the Bossman."

Pria itu tampak kesal saat namanya disebut, terlebih dengan kalimat terakhir yang disebutkan Chanyeol dibelakang namanya.

"For fuck sake, pria itu sudah mati di hidupku!" Jaehan berteriak. Matanya menyipit tajam, dingin, dan di moment itu Chanyeol tahu dengan pasti bahwa dibalik mata penuh kemarahan itu ada luka yang tak terucap.

Jaehan menarik nafasnya kasar, amarah tak meninggalkan matanya saat ia melanjutkan ucapannya. "Mau dia mati di kubangan lumpur sekalipun, aku tak peduli..." ucapannya penuh kebencian.

Beberapa saat setelahnya, ia kembali tenang. Memandang ke mata Yuza dan Chanyeol bergantian. Tak menghiraukan fakta bahwan Chloe dan Maria juga ada di ruangan itu.

"Kalau kelompok kalian rutin datan ke pertemuan tahunan, kalian seharusnya ingat kalau aku selalu datang bersama ayahku," Jaehan menjelaskan. 

Tentu saja semua tahu itu, kecuali Maria. Itulah kenapa mereka bisa tahu siapa dia.

"Dan harusnya kalian sadar kalau aku berhenti datang ke pertemuan itu empat tahun yang lalu,"

"What?"

Yuza terkejut, "Kau benar-benar terlatih berarti," ia bicara pelan, matanya membara. "butuh banyak usaha untuk kabur dari Sindikat dengan jaringan besar seperti itu," 

Jaehan meneguk ludahnya kasar, "percayalah, aku harus merelakan banyak hal untuk bisa kabur. Dan aku masih belum aman sampai detik ini..." 

Chanyeol duduk di sebelah Yuza. Pandangannya tinggi. "Aku masih tidak percaya, kau bisa saja menghapus tattoo itu sejak satu atau sejak awal,"

Jaehan naik pitam. Dengan setiap tuduhan yang ditujukan padanya, ia menahan amarahnya terus-terusan.

Membuat semuanya memburuk.

Ia mengutuk ajaran ayahnya untuk tidak mencampuri urusan orang lain, dan menggunakan tindakan lebih dulu daripada kata-kata, membuatnya tumbuh besar menjadi seseorang yang bertempramen pendek. 

Buku-buku jari Jaehan memutih akibat genggamannya yang mengerat, giginya bergeretak karena ia menahan amarah dan berusaha tenang. Tattoo di punggungnya terasa membakar dirinya.

Tubuh Jaehan menegang dengan amarah, saat Chanyeol membuka mulutnya untuk melajutkan berbicara, Jaehyun murka.

"FINE!" Dia berteriak, matanya mengunci ke pandangan Chanyeol, "Kau ingin aku membuktikan kalau aku di pihakmu?" 

Sebelum Chanyeol dan Yuza mampu memproses segalanya, Jaehan meraih vas kaca diatas meja kayu di depan mereka. Air tumpah dan bunga berhamburan. 

Jaehan memukulkan vas kaca itu ke sudut meja. Vas itu pecah menjadi bagian yang lebih kecil, dan terhambur berserakan ke lantai.

Menggenggam erat pecahan vas dengan tangan kanannya, ia memandangi tattoo bunga lily kecil di lengan kirinya. Tattoo yang serupa dengan yang ada di punggungnya. 

"Aku akan buktikan kalau itu yang kau mau!" 

Di saat seperti ini, Maria merasa jatungnya keluar dari dadanya, matanya membesar saat ia memandangi pria bernama Jaehan tadi.

"Tapi satu hal yang perlu kalian tahu, Anne bisa membuktikan kalau aku tak bersalah," baik Yuza maupun Chanyeol tersentak.

"Hah?"

"Empat tahun lalu. Aku tahu apa yang terjadi, dan aku tahu Anne ada disini. Dia terlibat dengan kejadian di malam natal itu, benar?" wajah Yuza memerah oleh amarah.

"Apa maksudmu?"

"Aku ada bersama Anne malam itu, kalau saja laki-laki bajingan itu tak datang, mungkin aku sudah kabur dari negara ini..." Maria merasakan suhu ruangan itu tiba-tiba mendingin. Baik wajah Chanyeol, Yuza bahkan Chloe mengeras. Rahang mereka rapat, seakan menahan sesuatu di dalam diri mereka.

Apa.. yang sebenarnya terjadi, pada malam natal 4 tahun yang lalu?

"Maria, Chloe..." Maria mendongak, Yuza memanggil namanya tanpa menoleh ke arah dirinya. Pandangannya tetap terfokus pada Jaehan.

"Yes?"

"Pergi temui Rin dan minta seseorang memanggil Anne kemari..."

....

Matahari seharusnya sudah meninggi, namun seluruh kota tampaknya jatuh ke dalam keheningan yang dingin.

Gedung, taman, pekarangan tampak abu-abu tanpa sinar matahari, tersembunyi dibalik awan gelap nan kelabu.

Maria berdiri tak nyaman, ia memandangi orang-orang yang satu persatu duduk di kursi di sekeliling meja panjang.

Kursi di bagian kepala nampak kosong, ia bingung. Bukankah seharusnya tempat itu diisi oleh Yuza? mengingat dia bossnya disini?

Yuza sendiri duduk di sisi kanan, bersebrangan dengan pria bernama Jaehan tadi. 

Lalu diikuti Chanyeol, Chloe, Rin, dan dua anggota yang hadir malam sebelumnya. Kai dan Sehun.

Juga beberapa pria asing lainnya.

Tampaknya kasus ini bukan hal yang remeh, tentu saja.

"Oke untuk aturannya..." Yuza angkat bicara, fokus Maria teralih ke arah kursi yang kosog. Kursi yang seharusnya diduduki Anne.

Yuza menghela napas lelah, ia menyisir rambutnya dengan jari. "Melihatmu yang secara teknis masih dianggap sebagai ancaman, kau tidak diperbolehkan melangkah keluar dari rumah ini tanpa salah satu dari anggota kami," dia menekankan ucapannya. Jaehan tak serta merta menyetujuinya. Degan tatapan angkuh, ia memandang rendah ke sekelilingnya. 

"Aku ingin bertemu Anne,"

"Anne sedang tidak ada di tempat, ia tak pernah bertahan di satu tempat untuk waktu yang lama..." jawab Rin.

"Kapan dia kembali?"

"Seperti yang nona Rin katakan. Anne akan kembali kemari mungkin dua atau tiga minggu lagi..." kali ini Kai yang bersuara.

Maria mengrenyit bigung. Ia yakin selama satu bulan ia berada di organisasi ini, ia selalu melihat Anne berkeliaran dimana-mana.

Dan sekarang mereka bilang Anne akan lama kembali?

"Bisakah kita kembali ke topik sebelumnya?" Yuza kembali mengambil alih perhatian mereka.

"Kita punya lima aturan utama yang waib diikuti di rumah ini..." Kali ini Chanyeol yang menjelaskan sebagai perwakilan Yuza. Ia mengangkat tangan dan menunjukkan kelima jarinya.

"Satu. Tidak boleh menyimpan informasi sendiri. Artinya selama kau disini kau wajib memprovide kami informasi berguna apapun. Terutama menyangkut keluarga Jung," 

Chanyeol menekuk satu Jariya. Menyisakan 4 jari lainnya.

"Kedua. selalu siap sedai jika kami membutuhkan mu apapun itu," instruksinya sembari menurunkan satu jarinya lagi.

"Ketiga, Jangan mengulik informasi seputar siapapun anggota di rumah ini. Apapun level mereka..."

"Keempat, bertikai dengan anggota Internal apapun alasannya..."

"Dan yang terakhir, jangan membunuh orang yang tak bersalah..." 

"Wait, what?!" Jaehan terdiam sejenak sebelum mengulangi kalimat Chanyeol di dalam otaknya.

Rin terkekeh kecil. Seringai terbentuk di sudut bibir yang tertutupi kipas tangan dari bulu merah.

"Selamat datang di organisasi yang melindungi orang awam dari organisasi lain. We fight eye with eye, darling..." Rin mengedipkan mata kirinya.

"No fucking-way..." alis Jaehan bertaut. Segalanya jadi cukup mudah sekarang. Tidak heran kenapa Ayahnya dan 'orang itu' sangat memperhatikan organisasi ini.

Setiap kali ia memasuki ruangan ayahnya, ia akan menemukan foto berbagai orang tertancap di diding. Foto itu selalu berganti usai satu foto ditandai dengan tanda X merah.

Hanya 3 orang yang fotonya tak pernah terlepas dari dinding itu dan tampaknya tak perah bertanda merah.

mereka adalah Kris, Anne, dan ....

Tak salah lagi, Ayahya menargetkan organisasi ini untuk alasan yang ia tak tahu.

"No wonder why my dad targetting you guys goddamn much..." Sehun membalasnya enteng. "Tentu saja, kita kelompok yang selalu bergerak dibawah bayangan. Not sure though why he would target us. Mungkin salah satu petinggi kita pernah berurusan dengan anggotanya?" Perkataan Sehun dibalas anggukan singkat Kai.

Mereka menggampangkan perihal ini seolah-olah ini hanyalah masalah sepele antar gang. Tapi Jaehan tahu dengan pasti kalau mereka tak tahu hal macam apa yang tengah mereka hadapi sekarang.

Chanyeol meminta Jaehan mengikutinya keluar ruang pertemuan usai Rin dan Yuza pergi. Keduanya berjalan santai menuju lantai utama mansion. Karpet yang semula menyelimuti kakinya perlahan beranti menjadi lantai marble dibawah telapak kaki mereka. Langkah kaki keduanya bergema seiring langkah mereka di sepanjang perjalanan. 

Di hadapannya ada sepasang anak tangga besar, menjulang dari dua sisi lantai kedua. Chandelier menggantung megah di dari langit-langit tampak seperti hasil mahakarya, bersinar diatas kepala mereka.

Jaehan tampak tidak peduli sama sekali dengan kemegahan yang dipamerkan Mansion itu. Ia terfokus dengan ucapan Sehun sebelumnya. Bagaimana mereka dengan santainya menganggap Sindikat keluarga jung remeh. Mungkin, organisasi ini bisa melumpuhkan anggota kelas rendah mereka. Tapi bagaimana dengan yang berpengalaman?

Tidak. Tidak mungkin.

Kalau itu memungkinkan, ia tak akan menyaksikan hal itu dari Anne malam natal 4 tahun yang lalu.

Jaehan meneguk ludahnya kasar, ia menggosok tatto di lengannya. "Tidakkah menurutmu sedikit berbahaya kalau kau bertindak seremeh itu? kalau gangster atau organisasi lain mengetahui motif dibalik tidakanmu. Mereka bisa berbalik mejadi musuh..." 

"Kita paham. Itulah kenapa kami diperintah untuk selalu menyembunyikan identitas dan segalanya. Keeping it low profile was our ultimate prior..." Chanyeol tidak berbalik bahkan tak berekspresi apapun saat menjelaskannya. "Inilah kenapa kami tidak bisa membiarkanmu pergi dari sisi kami. Tidak hanya karena kau anggta utama keluarga Jung tapi juga kau mengetahui salah satu bisnis kami..."

Bibir Jaehan kelu, "Studio Tattoo..." ucapnya yang kemudian dibalas anggukan Chanyeol. 

Keduanya meyadari seseorang berdiri di ujung lorong.

Pria setinggi lebih dari 183 cm berkulit tan dan bersurai hitam. Tatapannya tajam dengan pandangan yang sama tanpa ekspresi.

"Jaehan, dia Marcus. Anne's right-hand man..." pria yang dipanggil Marcus tadi membungkuk sedikit. 

"Dia yang akan memberikanmu, well.. anggap saja house-tour? Marcus dia Jaeha. He'll be i your care..."

"Understood..."

Chayeol meninggalkan keduanya pergi dalam keheningan. Tak ada satupun dari keduanya yang bergerak sebelum akhirnya Marcus yang mulai memecahkan suasana.

Marcus mulai menjelaska bagian-bagia basic dari mansion ini.

"Di lantai atas adalah kamar tidur. Itu memberikan kami keamanan. Kalau seseorang mendobrak masuk lewat pintu depan, kita masih punya cukup waktu untuk kabur," dia berbicara denn nada profesional. Hawa mengintimidasai yang ditunjukkan sebelumnya nampak menguap begitu saja saat ia menjelaskan mansion itu seakan ia tenah menjelasakn blueprint dari mansion ini.

"Kantor kita ada di lantai bawah. Kau sudah bertemu Yuza our shadow-leader dan Rin, juga Chanyeol...." 

"Shadow-leader?" Marcus berhenti sejenak. Ia memutar pandanannya ke arah Jaehan.

"Benar"

"Jadi Yuza bukan leader organisasi ini?" well, dia sudah tahu sebenarnya. Leader sesungguhnya organisasi ini adalah seseorang bernama Kris.

"Yuza adalah Bos di rumah ini selama Tuan Kris tidak ada," jelasnya.

"Jadi dia yang memilih dan merekrut kalian?" gelengan kepala Marcus menimbulkan tanda tanya besar di kepala Jaehan.

"Yang memilih kami adalah Tuan Kris. Dia memilih kami dengan tangannya sendiri dari talent dan kepercayaan. Jadi kami adalah yang terbaik dari yang terbaik..." 

"Kalau memang benar itu alasannya, kenapa justru Yuza yang menjadi Boss bukan Anne?"

Ia sempat mengira Anne adalah Bos di organisasi ini mengingat foto Anne lah yang berdampingan dengan foto kris di ruan kerja ayahnya.

"Karena Tuan Kris lebih mempercayai Yuza untuk mengatur Organisasi bersama Rin yang bermain di permukaan..."

"Itu hal yang aneh, kenapa?"

Marcus tak segera menjawab. Ia menghela napas sejenak, ia nampak bimbang.

"Karena Anne mudah rusak,"


what?


"Because she tried to erase what her tormented mind cannot..."

 








Komentar

  1. Goodjob Author, my heart was racing like crazy selama baca dari awal sampai akhir geez....

    Kris, Anne, and who??
    Aaaa teka-teki nya well made bats๐Ÿ˜ญ๐Ÿ‘

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

THE FAMILY

THE FAMILY

THE FAMILY